Keinginan lahir kedua kali untuk bersama orang yang mungkin saling merindukan namun tak punya kekuatan untuk saling mengungkapkan karena salah satu dari mereka sdh memiliki luka yg teramat dalam. Adakah mungkin merakan rasa yang sama? Kebimbangan ini ingin tersampaikan, ingin terandukan, namun diri tak kuasa atas segala kehendak.
Semua terasa asing tentang sosok panutan. Jangan tanya kenapa, ini menyiksa jiwa. Hal yang aneh terdengar, hal yg membuat diri risih. Sudahlah semua terasa sia-sia. Jangan katakan bahwa ingin kembali dalam kebersamaan ini karena kesempatan itu kian mengecil. Sudah terlambat untuk bertahan. Sudah tersia-siakan waktu yang bahagia.
Rasa rindu yang teramat dalam sudah terbalut kebencian yang amat tebal, yang amat hitam, yang amat besar dan tak mampu memberi cahaya pada sebuah kerinduan yang terpendam. Sudah terlalu jauh meninggalkan rumah kecil yang penuh kebahagiaan yang dianggap derita yang kini sudah cukup damai dalam diam. Bila datang lagi maka mulailah terulang mengenang derita yang amat pedih.
Jangan meremehkan 21 tahun, waktu yang panjang, waktu penuh suka cita yang dihadapi. Jangan tanya bagamana menjalani hari-hari tanpa panutan pemimpin sejati, teramat sakit perjalanan ini. Penuh derita dan airmata hanya untuk bertahan dari hari ke hari.
Sosok panutan yang diimpikan setiap jiwa tak ada disini. Bisakah diri merasakan, mengandaikan, berpura-pura tak menginginkan, biasakah sosok itu merasakan sakit lahir batin yang luar biasa ini??
Menginginkan kehidupan sempurna? Itu mustahil bagi diri yang sepi ini. Tertatih dan berpura-pura dari hari ke hari demi menenangkan jiwa yang merasa kerinduan. Kecanduan ini tak bisa terhentikan. Kegalauan ini lebih dari kegalauan cinta.
Serukanlah kemana diri bertempat dan bertahan. Serukanlah bagaimana diri berhenti akan kegalauan ini. Membenci begitu mudah dan merindukan begitu dalam. Kemana diri harus membawa rasa. Kemana kisah harus teradukan. Jika kegelapan benci sudah menutupi cahaya rindu.
Ini berat. Adakah pembiusan rasa yang dapat menenangkan? Di kala bertumpuk kertas yang dulu putih dan sudah menghitam satu persatu, bagaimana sesosok jiwa yang dulu menggebuh pergi meninggalkan kini bertekad membuatnya tak hitam dan berdebu??
Keresahan yang kini dirasakan adalah setumpuk dosa yang amat hitam oleh tanggungjawab yang sudah dibaikan. Jangan katakan diri menyesal. Memetik buah dari rasa menggebuh untuk meninggalkan. sudah cukup diam disitu. Jangan datang lagi mengulang masa yang kelam, mengungkap kebohogan, membenarkan dusta dan mencari jalan untuk kembali.
Cukup merasakan keresahan itu, merasakan kerinduan itu, menyesali kegegabahan itu. Jangan mencari hal yg mustahil. Sosokmu yang ku rindukan namun tak ku inginkan, tak ku banggakan, tak ku harapkan, dan tak ku idolakan.
No comments:
Post a Comment
Komennya yang baik dan sopan ya Bro....!!!