BAPER - Sebelumnya perkenalkan nama saya Andri salah satu penulis di blog amb padoe. Pada kesepatan ini kita mencoba membahas masalah apa sih bedanya baper dengan sensitif? Mengapa saya suka menulis pada topik baper? Alasannya karena ada beberapa teman yang katanya saya orangnya suka beparan. hehe...
Memang agak aneh ketika saya dicap sebagai orang yang baperan. Padahal menurut saya, saya orangnya tidak demikian. Untuk kamu ingat, barangkali suatu hari kita bisa bertemu, saya satu-satunya penulis amb padoe yang memiliki wajah yang cakep sehingga tidak sedikit cewek yang berkata "kamu pasti orangnya playboy".
Sekiranya seperti itulah orang-orang mendeskripsikan wajah saya. Sayangnya, mereka menambahkan predikat baper pada saya karena tulisan saya, yang katanya, tergolong mendayu-dayu. Paling nggak, mengandung unsur perasaan yang begitu mudahnya untuk retak.
Seperti biasa, suara minoritas jelas akan tunduk pada mayoritas, terlepas benar-salahnya. Umum terjadi di masyarakat kita, ‘kan? (Bisa nggak sih, kita mengubah fenomena payah seperti ini?) Maka akhirnya, mau nggak mau, saya mengangguk ketika orang-orang menyebut saya demikian; pujangga, sang playboy, baperan, atau apapun terkait perasaan yang menye-menye. Kendati, dalam hati saya kukuh berontak, nggak terima dengan predikat macam itu.
Padahal, kalau menarik benang merahnya, saya bisa meyakinkan semua orang bahwa saya bukanlah apa yang mereka pikirkan. Baik, sedikit saya luruskan. Saya lebih suka dengan istilah sensitif bukan merek test pack, ya! Kalau kamu berkenan untuk membuktikan dan merelakan waktu dan kuota internetmu, cobalah untuk memeriksa laman facebook atau Instagram saya. Kamu bisa melihat sendiri bagaimana saya menyampaikan segala sesuatu dengan penuh emosional secara rinci. Bukan hanya perkara cinta-rindu-senja belaka. Kemudian inilah yang saya sebut sensitif, bukan baperan. Bahkan, KBBI pun membedakan antara sensitif dan baper.
Maaf, ternyata KBBI belum memiliki makna untuk istilah baper
Sensitif, secara harfiah, memang demikian artinya. Tentu sangat jelas berbeda dengan baper atau terbawa perasaan. Karena emosi dalam tajuk sensitif nggak cuma persoalan cinta dan air mata. Lebih dari itu, emosi terkait segala tentang perasaan. Sensitif, itu berarti mudah untuk merasa iba, kasihan, dan empati pada orang lain. Itu yang saya rasakan.
Sementara baper, lebih dekat dengan perasaan kuyu yang lemah, payah, dan menyedihkan karena gundah hati belaka. Segala hal yang berkaitan dengan perasaan mengenaskan. Tapi seperti membatu, orang-orang tetap menyebut saya baperan.
Mungkin sebuah pengalaman saya yang membuat orang-orang menilai saya demikian. Tapi saya nggak akan bercerita soal ini, ya!
Barangkali juga, kejadian beberapa waktu lalu faktor pamungkas bagi orang-orang menamai saya demikian. Percayalah, pengalaman ini sebenarnya nggak bisa dijadikan landasan bagi mereka untuk menilai saya. Tapi lagi-lagi, begitulah kenyataannya. Begitulah penilaian. Orang akan menilai diri kita atas apa yang kita lakukan, atas reaksi kita dalam menghadapi sesuatu, dan atas segala hal yang berkaitan dengan kita.
Maka dari itu, sebagai pembelajaran buat kamu; cobalah untuk tetap tegar di depan banyak orang, terlebih di lingkungan kerja profesional. Apapun yang terjadi dalam kehidupanmu, buatlah seolah hari-harimu selalu menyenangkan. Pencitraan? Ya, kadang, pencitraan itu ada baiknya kok.
Seperti pepatah Jawa mengatakan, witing tresna jalaran saka kulina. Oleh sebab kebiasaan, lambat laun saya pun menikmati predikat ini dalam diri saya. Toh, nggak ada salahnya menjadi seorang yang baperan, kan? Selama kita bisa melampiaskannya dalam bentuk positif dan nggak merugikan orang lain, kenapa harus urung?
No comments:
Post a Comment
Komennya yang baik dan sopan ya Bro....!!!